Rosela ( Hisbiscus sabdariffa ) adalah spesies bunga
yang berasal dari benua Afrika. Mulanya bunga yang juga cantik untuk dijadikan
penghias halaman rumah itu diseduh sebagai minuman hangat di musim dingin dan
minuman dingin di musim panas. Di negeri asalnya, Afrika, rosela
dijadikan selai atau jeli. Itu diperoleh dari serat yang terkandung dalam
kelopak rosela, sementara di Jamaika, dibuat salad buah yang dimakan mentah. Ada kalanya
juga dimakan dengan kacang tumbuk atau direbus sebagai pengisi kue sesudah
dimasak dengan gula. Di Mesir, rosela diminum dingin pada musim panas dan
diminum panas saat musim dingin. Di Sudan, menjadi minuman keseharian dengan
campuran garam, merica, dan tetes tebu. Minuman itu juga menghilangkan efek
mabuk dan mencegah batuk. Tak jarang, rosela juga dimanfaatkan untuk diet,
penderita batuk, atau diabetes gunakan gula rendah kalori seperti gula jagung.
Selain itu, bubuk biji bunga rosela juga dapat dijadikan campuran minuman kopi. Produksi
Cina dan Thailand merupakan
produsen terbesar yang mengendalikan sebagian dari pasokan dunia. Thailand
berani berinvestasi dalam memproduksi rosela dan produk rosela mereka adalah
termasuk ke dalam produk yang berkualitas unggul. Sedangkan produk rosela di
China tampaknya agak kurang unggul, kurang terkontrol, kurang handal dan
terpercaya dibandingkan dengan Thailand. Namun produksi rosela terbaik berasal
dari Sudan,
namun dengan kuantitas yang masih rendah dan pengolahan produk yang buruk
menghambat kualitas sehingga masih kurang maksimal. Rosela juga diproduksi
secara umum di Meksiko, Mesir, Senegal, Tanzania, Mali dan Jamaika yang
juga termasuk dalam pemasok penting, namun akan tetapi produksi tersebut masih
dikonsumsi oleh penduduk dalam negeri.
Di
anak benua India khususnya
di wilayah Delta Sungai Gangga, rosela banyak
dibudidayakan sebagai serat nabati. Rosela oleh masyarakat lokal disebut Meśta di
wilayah tersebut (atau meshta, karakter 'ś' menunjukkan
suara sh/sy seperti pada kata she dalam bahasa Inggris dan syukur
dalam bahasa Indonesia). Sebagian besar produksi serat yang dihasilkan dari
rosella dikonsumsi secara lokal. Namun serat (serta stek atau puntung) dari
tanaman rosella memiliki permintaan besar di berbagai serat alami dalam dunia
industri.
Rosela atau asam paya merupakan
tanaman yang relatif baru dalam dunia industri di Malaysia. Rosela diperkenalkan
pada awal 1990-an dan penanaman komersial pertama kali dipromosikan pada tahun
1993 oleh Departemen Pertanian di Terengganu.
Areal yang ditanami adalah sekitar 12,8 ha (30 hektare) pada tahun 1993, tetapi
dapat terus meningkat menjadi 506 ha pada (1.000 hektare) pada tahun 2000.
Areal yang ditanami sekarang kurang dari 150 ha (400 hektar) per tahun, di
Malaysia umumnya rosela ditanam dengan dua varietas utama. Terengganu adalah
wilayah yang pertama dan dipersiapkan untuk menjadi produsen terbesar di
Malaysia, namun produksi rosela sekarang telah menyebar ke wilayah-wilayah lain
di Malaysia. Walaupun luas lahan semakin berkurang selama satu dekade terakhir
atau lebih, rosela menjadi semakin dikenal oleh masyarakat luas sebagai minuman
kesehatan yang penting di Malaysia. Untuk sebagian kecil, rosela juga diolah
menjadi acar manis, jeli dan juga selai.
Khasiat
Khasiat
rosela antara lain untuk menurunkan asam urat, Hipertensi, Diabetes
mellitus, memperbaiki metabolisme tubuh, melangsingkan Tubuh,
menghambat sel kanker,
mencegah sariawan dan
panas dalam, menambah vitalitas, meredakan batuk, mencegah flu, antioksidan, antihipertensi, antikanker, antidepresi, antibiotik,
aprodisiak, diuretik (peluruh kencing), sedatif, tonik, dan menurunkan absorpsi
alkohol.
Pemanfaatan
kelopak bunga Rosela sudah dikenal dan diteliti baik oleh pakar kesehatan
modern maupun pakar kesehatan tradisional di berbagai negara di dunia. Kelopak
bunga tersebut diketahui mengandung zat-zat penting yang diperlukan oleh tubuh,
seperti vitamin C, vitamin A,
protein esensial, kalsium, dan 18 jenis asam amino,
termasuk arginina dan
legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Secara tradisional,
ekstrak kelopak rosela berkhasiat sebagai antibiotik,
aprodisiak (meningkatkan gairah seksual), diuretik (melancarkan buang air
kecil), pelarut, sedativ (penenang), dan tonik. Sebuah penelitian yang
dilakukan ilmuwan Chung San Medical University di Taiwan,
Chau-Jong Wang, konsumsi rosela digunakan sebagai salah satu cara baru untuk
mengurangi risiko penyakit jantung. Flora ini terbukti secara klinis mampu
mengurangi jumlah plak yang menempel pada dinding pembuluh darah. Tidak hanya
itu, rosela juga memiliki potensi untuk mengurangi kadar kolesterol jahat yang
disebut LDL dan lemak dalam tubuh.
Hal ini menunjukkan bahwa rosela juga bermanfaat terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi (tekanan darah tinggi), membantu program diet
bagi penderita kegemukan (obesitas), melancarkan peredaran darah, menurunkan demam umum,
melancarkan dahak bagi batuk berdahak, dan dapat dimanfaatkan untuk melancarkan
buang air besar.
Ditinjau
menurut sudut pandang medis modern (kedokteran), mengonsumsi olahan kelopak
bunga rosela secara teratur menunjukkan kesetaraan hasil dengan pengobatan
modern (farmakologis) pada beberapa penyakit berikut ini:
Sebagai
Terapi Hipertensi
Pemberian
ekstrak kelopak rosela yang mengandung 9,6 miligram anthocyanin setiap
hari selama 4 minggu, mampu menurunkan tekanan darah yang hampir sama dengan
pemberian captopril 50 mg/hari. Rosela terstandar tersebut
dibuat dari 10 gram kelopak kering dan 0,52 liter air (Herrera-Arellano,
2004). Terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 11,2 % dan
tekanan diastolik sebesar 10,7% setelah diberi terapi teh rosela selama 12 hari
pada 31 penderita hipertensi sedang (Haji Faraji, 1999).
Asam
Urat dan Kesehatan Ginjal
Tingginya
kadar asam urat, kalsium dan natrium dalam
darah secara mekanisme normal tubuh akan dikurangi dengan membuang kelebihan
unsur tersebut melalui ginjal. Jika kondisi demikian dibiarkan berlangsung lama akan
memberatkan kerja ginjal sebagai penyaring darah dalam tubuh. Kondisi ini dapat
memicu kesakitan pada ginjal. Dengan mengonsumsi rosela, ditemukan penurunan kreatinin, asam urat, sitrat,
tartrat, kalsium, natrium,
dan fosfat dalam
urin pada 36 pria yang mengonsumsi jus rosela sebanyak 16-24 g/dl/hari
(Kirdpon, 1994).
Khasiat
Lebih jauh
Rosela
diketahui memiliki kandungan senyawa fenolik yang berfungsi sebagai antioksidan sebanyak
23,10 mg dalam setiap gram bobot kering kelopak rosela. Sejumlah antioksidan yang
dikandung rosela tersebut memiliki aktivitas 4 kali lebih tinggi dibanding
bubuk kumis kucing. Penelitian yang dilakukan oleh Ir Didah Nur Faridah MSi,
periset Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor,
menunjukkan bahwa kandungan antioksidan yang
dimiliki oleh kelopak rosela terdiri atas senyawa gossipetin, antosianin, dan
glukosida hibiscin yang mampu memberikan perlindungan terhadap berbagai
penyakit degeneratif (akibat proses penuaan) seperti jantung koroner, kanker,
diabetes melitus, dan katarak.
Peneliti Faculty
of Agriculture, Kagoshima University, De-Xing Hou menemukan
adanya kandungan delphinidin 3-sambubioside dan cyanidin
3-sambubioside, antosianin pada rosela yang ampuh mengatasi kanker darah
alias leukeimia. Cara kerjanya adalah dengan menghambat terjadinya kehilangan
membran mitokondrial dan pelepasan sitokrom dari mitokondria ke sitosol. Jika
molekul mengandung elektron seperti guanin DNA terserang, kesalahan replikasi DNA mudah terjadi.
Kerusakan DNA memicu
oksidasi LDL, kolesterol, dan lipid yang berujung pada penyakit ganas
seperti kanker dan jantung koroner. Namun, antioksidan yang dikandung rosela
meredam aksi radikal bebas yang menyerang molekul tubuh yang mengandung
elektron. Secara singkat, adanya mekanisme tersebut menjelaskan bagaimana antioksidan yang
terdapat dalam kelopak rosela menghambat pertumbuhan sel kanker dan kejadian
penyakit jantung koroner.
Selain
hal-hal yang dikemukakan di atas, rosela juga terbukti dapat menurunkan kadar
trigliserida dan LDL-kolesterol dalam darah. Penelitian terhadap efek kerabat
bunga sepatu itu terhadap kegemukan juga dilakukan oleh Sayago-Ayerdi SG dari Department
of Nutrition, Universidad Complutense de Madrid, Spanyol. Menurut Sayago
rosela mengandung 33,9% serat larut yang membantu meluruhkan lemak. Kendati
demikian,kadar keasaman (pH) seduhan rosela mencapai 3,14 sehingga perlu
diwaspadai reaksi lambung untuk pengidap maag, karena kemungkinan
memiliki efek merugikan.
0 komentar:
Posting Komentar